Oleh: Dansatgas TMMD Ke-125 Kodim 0909/Kutai Timur, Letkol Arh Ragil Setyo Yulianto, S.H., M.H.I.
KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR – Di hamparan bumi Kutai Timur yang kaya raya, tersembunyi permata yang belum sepenuhnya tersentuh gemerlap pembangunan. Di Kecamatan Teluk Pandan, sebuah wilayah yang berdenyut di jantung perbatasan, Desa Suka Rahmat berdiri sebagai saksi bisu perjuangan masyarakatnya. Di sini, di tanah yang memendam potensi, namun terbelenggu oleh ironi keterbatasan, Kodim 0909/Kutai Timur hadir membawa angin perubahan melalui program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-125. Ini bukan sekadar program pembangunan, melainkan sebuah simfoni kolaborasi antara TNI dan rakyat, sebuah kisah tentang bagaimana tangan-tangan kokoh para prajurit bersama warga desa, merajut kembali asa yang sempat terpendam dan membuka jalan bagi kemajuan yang lebih luas.
Sang Komandan, Arsitek Perubahan dari Medan Perjuangan
Di balik setiap gerak langkah pembangunan yang masif ini, berdiri tegak sosok Komandan Kodim 0909/Kutai Timur, Letkol Arh Ragil Setyo Yulianto, S.H., M.H.I. Beliau bukan sekadar memegang tongkat komando, namun juga membawa visi yang kuat, sebuah kompas moral yang mengarahkan seluruh kekuatan untuk berbakti dan memberikan dampak positif yang signifikan. Bagi Letkol Ragil, TMMD ke-125 ini adalah panggilan tugas yang lebih dari sekadar perintah, melainkan sebuah amanah mulia yang diemban dengan penuh tanggung jawab. Ia melihat Desa Suka Rahmat bukan hanya sekadar peta geografis yang perlu dijangkau, tetapi sebuah ladang pengabdian di mana setiap jengkal tanahnya menyimpan cerita tentang kehidupan yang layak diperjuangkan dan ditingkatkan kualitasnya.
“Wilayah ini, meskipun terisolir, adalah bagian tak terpisahkan dari NKRI. Masyarakatnya adalah saudara kita yang memiliki hak yang sama untuk merasakan geliat pembangunan dan merasakan kemajuan yang merata,” ujar Letkol Ragil dengan nada tegas namun penuh kehangatan saat ditemui di tengah kesibukan persiapan yang intensif. Matanya memancarkan tekad yang membaja, seolah ia melihat masa depan Desa Suka Rahmat yang lebih cerah, terbentang di depan mata, menunggu untuk diwujudkan melalui kerja keras dan sinergi. Ia adalah nahkoda yang mengendalikan kapal besar TMMD ini, mengarungi badai keterbatasan menuju pelabuhan kemajuan yang diharapkan oleh seluruh masyarakat.
Jalan yang Menangis, Jembatan yang Terancam Runtuh: Luka Lama yang Terobati
Kisah Desa Suka Rahmat ibarat lukisan yang belum selesai, sebuah gambaran nyata tentang tantangan yang dihadapi masyarakat di daerah terpencil. Jalan-jalan di sana, bukan sekadar berdebu atau berlumpur, melainkan nyaris tak layak dilintasi dengan aman dan nyaman. Kendaraan roda empat seringkali hanya bisa bermimpi untuk menembus medan yang berat dan sulit ini, menciptakan hambatan besar dalam mobilitas dan distribusi. Ironisnya, akses utama yang digunakan masyarakat adalah jalur pipa Pertamina, sebuah “jalan tikus” yang sejatinya dilarang keras untuk dilalui karena berbagai risiko, bagai berjalan di atas kulit telur yang sangat tipis, penuh ancaman bahaya. Jembatan penyeberangan yang ada, kini hanya menjadi kenangan akan masa lalu, nyaris merapuh dimakan usia dan tergerus alam, hanya mampu dilalui sepeda motor dengan sangat hati-hati, bagai sehelai benang tipis yang menahan beban berat yang seharusnya ditopang oleh struktur yang lebih kuat.
“Kalau mau bawa hasil panen ke kota, rasanya seperti mengangkat gunung, sangat sulit dan melelahkan,” keluh Ibu Siti, salah seorang warga Suka Rahmat, sembari menghela napas panjang penuh keprihatinan. “Kadang, kami harus pakai cara yang dilarang, demi anak-anak kami dan kelangsungan hidup kami. Tapi hati ini selalu was-was memikirkan risikonya.”
Namun, di balik keluh kesah yang terdengar, kini mulai terbit secercah harapan yang membangkitkan semangat. TMMD ke-125 Kodim 0909/Kutai Timur telah menjadikan perbaikan akses jalan yang memadai dan pembangunan jembatan baru yang kokoh sebagai prioritas utama dalam agenda kerjanya. Jembatan yang baru, kelak akan berdiri kokoh sebagai infrastruktur vital, menjadi tulang punggung baru bagi perekonomian desa, mempermudah arus barang dan jasa, serta membuka pintu rezeki yang lebih lebar bagi seluruh masyarakat. Jalan-jalan yang tadinya hanya bisa dilalui dengan hati-hati dan penuh kewaspadaan, kini akan menjadi arteri kehidupan yang lancar, mengalirkan denyut nadi ekonomi langsung ke jantung masyarakat, memfasilitasi aktivitas sehari-hari.
Air Bersih, Denyut Kehidupan yang Hilang, Kini Kembali Berdetak
Lebih dalam lagi, di Desa Suka Rahmat, urusan air bersih adalah sebuah perjuangan harian yang tak berkesudahan, sebuah kebutuhan dasar yang sulit dipenuhi. Sungai menjadi sumber utama, tak hanya untuk kebutuhan rumah tangga yang esensial, tetapi juga untuk keperluan sanitasi, termasuk aktivitas mandi, cuci, dan kakus (MCK). Kondisi ini, bagai pedang bermata dua, memberikan kehidupan namun juga secara bersamaan mengancam kesehatan masyarakat, menciptakan kerentanan yang signifikan. Kualitas hidup masyarakat, terutama anak-anak yang rentan, menjadi taruhan yang sangat besar dalam menghadapi situasi ini.
Melihat kenyataan pahit dan tantangan yang dihadapi masyarakat ini, Letkol Ragil Setyo Yulianto tak tinggal diam. Dengan naluri seorang ayah yang peduli dan kepedulian seorang pemimpin yang bertanggung jawab, ia menggerakkan program Sumur Bor atau yang lebih dikenal sebagai Program TMAB (TNI Manunggal Air Bersih). Program ini, bagai oase yang menyegarkan di tengah padang tandus, akan mengalirkan air bersih langsung ke rumah-rumah warga, memberikan solusi nyata dan berkelanjutan. Ini bukan sekadar tentang penyediaan air, ini tentang martabat, kesehatan, dan masa depan yang lebih baik bagi seluruh elemen masyarakat. Air yang jernih akan mengalir, membersihkan bukan hanya fisik, tetapi juga menghilangkan kekhawatiran yang selama ini membebani pundak para ibu dan kepala keluarga.
“Kami sangat bersyukur atas program ini. Dulu, kami harus antre di sungai untuk mengambil air, kadang harus menempuh jarak jauh yang melelahkan. Dengan adanya sumur bor ini, hidup kami akan jauh lebih mudah, lebih sehat, dan lebih berkualitas,” ucap Bapak Amin, seorang tokoh masyarakat setempat, dengan mata berkaca-kaca haru penuh rasa terima kasih.
Rumah Tak Layak Huni, Simbol Keterbatasan yang Terangkat
Tak hanya fokus pada infrastruktur fisik, kondisi hunian warga di Desa Suka Rahmat juga menjadi sorotan penting dan memerlukan perhatian serius. Masih banyak rumah yang berdiri rapuh, tidak layak huni, bahkan tanpa fasilitas sanitasi yang memadai, menciptakan kondisi hidup yang memprihatinkan. Kondisi ini, bagai cermin buram yang memantulkan potret kemiskinan dan ketertinggalan yang perlu diatasi segera. TMMD ke-125 Kodim 0909/Kutai Timur, dengan sentuhan kasih dan kepeduliannya, juga menyentuh aspek fundamental ini melalui program pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).
Setiap bata yang ditata dengan cermat, setiap atap yang dipasang dengan kokoh, adalah simbol pengangkatan martabat dan peningkatan kualitas hidup. Rumah-rumah yang tadinya hanya sekadar tempat berlindung sementara, kini bertransformasi menjadi hunian yang layak dan sehat, memberikan rasa aman, nyaman, dan kebanggaan bagi seluruh penghuninya. Program RTLH ini, bagai selimut hangat yang memeluk erat warga yang membutuhkan, menghadirkan kembali senyum di wajah-wajah yang sempat redup oleh kesulitan hidup.
Lebih dari Sekadar Pembangunan Fisik: Ketahanan Pangan dan Penghijauan
Namun, TMMD ke-125 ini tak hanya berhenti pada pembangunan fisik semata. Letkol Ragil dan jajarannya memahami bahwa kemajuan sejati adalah kemajuan yang berkelanjutan dan menyeluruh, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, program ketahanan pangan seluas 2 hektar digulirkan, membuka potensi lahan yang sebelumnya kurang dimanfaatkan untuk ditanami, memastikan ketersediaan pangan yang cukup bagi masyarakat dan mendukung kemandirian pangan desa. Ini adalah investasi jangka panjang yang strategis untuk kemandirian desa dalam memenuhi kebutuhan pangannya.
Tak lupa pula, upaya pelestarian alam dan peningkatan kualitas lingkungan dilakukan melalui program penghijauan dengan penanaman 250 pohon keras dan pohon buah. Ini adalah wujud nyata kepedulian terhadap lingkungan yang berkelanjutan, menanam masa depan yang hijau dan lestari, sekaligus memberikan manfaat ekonomi melalui buah-buahan yang akan dihasilkan kelak, menambah sumber pendapatan bagi masyarakat.
Pilar Ketahanan Nasional: Kekuatan di Balik Layar
Di sisi lain, TMMD ke-125 juga membekali masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan yang sangat berharga melalui berbagai program penyuluhan yang komprehensif. Mulai dari edukasi kesehatan yang penting untuk menjaga kebugaran, pelatihan pertanian modern untuk meningkatkan hasil panen, hingga sosialisasi pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Kegiatan non-fisik ini adalah pondasi kokoh yang memperkuat ketahanan nasional dari tingkat desa, membangun kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat. Ini adalah upaya menanamkan kesadaran akan pentingnya kebersamaan, membangkitkan semangat juang dalam membangun desa, dan mempererat ikatan kebangsaan yang semakin kuat.
“Penyuluhan ini sangat bermanfaat bagi kami. Kami jadi tahu bagaimana menjaga kesehatan keluarga dengan baik, bagaimana mengolah hasil kebun agar lebih bernilai ekonomis dan meningkatkan pendapatan. Ini semua penting untuk kemajuan desa kami secara keseluruhan,” ujar salah seorang peserta penyuluhan dengan antusiasme yang tinggi.
Kemanunggalan TNI-Rakyat: Jantung Gerakan Perubahan
Semua program ambisius dan berdampak luas ini dapat terwujud berkat semangat kemanunggalan TNI-Rakyat yang tak tergoyahkan, sebuah sinergi yang menjadi motor penggerak utama. Letkol Arh Ragil Setyo Yulianto, S.H., M.H.I., secara konsisten menanamkan nilai penting ini kepada seluruh prajuritnya, menekankan pentingnya kedekatan dan kepedulian. Mereka tidak hanya menjadi pelaksana teknis pembangunan, tetapi juga menjadi bagian dari keluarga besar Desa Suka Rahmat, merasakan langsung denyut kehidupan masyarakat. Bersama-sama, mereka mengangkat cangkul, menata bata dengan teliti, dan berbagi tawa serta cerita, menciptakan ikatan emosional yang kuat.
“Kemanunggalan TNI-Rakyat adalah nadi dari setiap kegiatan TMMD. Tanpa dukungan dan partisipasi aktif dari masyarakat, program sebesar ini tidak akan mungkin berhasil dan mencapai tujuannya dengan optimal,” tegas Letkol Ragil, menekankan pentingnya kolaborasi.
Di Desa Suka Rahmat, garis antara TNI dan warga sipil seolah melebur, menjadi satu kesatuan yang utuh. Mereka bekerja bahu-membahu, saling menguatkan, bagai akar pohon yang saling mengikat untuk menopang batang yang kokoh dan tegak. Semangat gotong royong yang membahana di setiap sudut desa, menjadi bukti nyata bahwa pembangunan sejati lahir dari hati yang tulus dan tangan yang bersatu padu dalam mencapai tujuan bersama.
Menyambut Fajar Baru di Ujung Jalan
Pelaksanaan TMMD ke-125 Kodim 0909/Kutai Timur di Kecamatan Teluk Pandan, khususnya di Desa Suka Rahmat, adalah sebuah narasi perubahan yang menginspirasi dan memberikan harapan baru. Ini adalah kisah tentang bagaimana niat baik yang tulus, kerja keras yang tak kenal lelah, dan kolaborasi yang kuat dapat membelah isolasi geografis, menenun harapan yang sempat terpendam, dan menghadirkan fajar baru bagi masyarakat yang selama ini tertinggal dalam pembangunan.
Ketika jembatan baru berdiri kokoh, menjadi akses vital bagi masyarakat, ketika air bersih mengalir lancar ke setiap rumah, memenuhi kebutuhan dasar, dan ketika rumah-rumah layak huni menjadi saksi bisu kebangkitan dan perubahan positif, itu berarti TMMD ke-125 telah berhasil menorehkan jejak emasnya dalam sejarah desa. Lebih dari sekadar pembangunan fisik yang terlihat, program ini telah menanamkan benih kepercayaan yang kuat, memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, dan memberikan bukti nyata bahwa TNI AD adalah garda terdepan dalam mengabdikan diri untuk kemajuan bangsa dan negara. Desa Suka Rahmat, dari desa yang terisolir dan tertinggal, kini siap melangkah maju dengan penuh optimisme, merajut masa depan yang lebih gemilang dan sejahtera, berkat sentuhan tangan-tangan kokoh dan hati yang tulus dari para prajurit Kodim 0909/Kutai Timur.