KUTAI TIMUR – Di Desa Suka Rahmat, Kecamatan Teluk Pandan, semangat gotong royong antara Satgas TMMD Ke-125 Kodim 0909/Kutai Timur dan warga semakin terasa menjelang penutupan program. Pembangunan jembatan kayu ulin kini memasuki tahap akhir, menjadi akses vital yang akan memudahkan mobilitas dan aktivitas masyarakat setempat.
Di bawah terik matahari, suara palu dan dentuman kayu berpadu dengan tawa warga. Jembatan sepanjang 16 meter dan lebar 4 meter itu hanya tinggal menunggu pemasangan lantai terakhir. Tinggal dua hari lagi sebelum TMMD resmi ditutup pada 21 Agustus 2025, para prajurit dan warga bekerja tanpa lelah, memastikan jembatan siap digunakan tepat waktu.
“Semangat kebersamaan yang lahir dari gotong royong membuat pekerjaan seberat apa pun terasa ringan. Panas matahari tidak menyurutkan tekad kami untuk menyelesaikan jembatan tepat waktu,” ujar Komandan SSK TMMD Ke-125, Lettu Arh Suhendri, yang memantau langsung pengerjaan di lapangan, Selasa (19/08).
Bagi masyarakat Desa Suka Rahmat, jembatan ini bukan sekadar tumpukan kayu ulin yang dipasang, melainkan urat nadi baru yang akan membuka akses vital. Selama ini, jalan terbatas sering menghambat aktivitas warga, terutama saat musim hujan. “Kalau jembatan ini tidak segera selesai, kegiatan sehari-hari akan tersendat. Keberadaannya sangat mendesak,” tegas Lettu Suhendri.
Jembatan ini akan menjadi penghubung penting ke Kelurahan Gunung Telihan, Kabupaten Bontang. Dengan akses yang lebih baik, warga tidak lagi harus memutar jauh untuk membawa hasil pertanian, berangkat sekolah, atau ke layanan kesehatan.
Nilai jembatan ini jauh melampaui ukurannya. Bagi Satgas dan masyarakat, ia menjadi saksi nyata kebersamaan antara tentara dan rakyat. Dari tetes keringat yang bercampur tanah dan kayu, tumbuh kembali budaya gotong royong yang menjadi ruh desa.
“Program TMMD bukan hanya meninggalkan bangunan, tapi menumbuhkan rasa kebersamaan. Dari sini manfaat berkelanjutan bisa dirasakan, karena semangat gotong royong akan terus hidup bersama warga,” tambah Lettu Suhendri.
Haerudin (45), warga setempat, tak bisa menyembunyikan rasa syukur. Ia menyebut jembatan itu sebagai hadiah besar bagi desanya. “Dulu saat hujan jalan benar-benar sulit dilewati. Sekarang kami bisa lebih mudah mengantar anak sekolah, mengangkut hasil kebun, bahkan warga sakit bisa cepat dibawa ke puskesmas. Jembatan ini menyambung harapan kami,” ujarnya.
Siti Aminah (37), ibu rumah tangga, menyebut jembatan ini sebagai “jalan baru menuju kehidupan yang lebih ringan.” “Kalau sudah jadi, tidak perlu lagi memutar jauh. Belanja ke pasar lebih cepat, ongkos transportasi hemat. Ini bukan hanya jembatan, tapi jembatan harapan,” ungkapnya.
Kini, jembatan kayu ulin Desa Suka Rahmat hampir rampung. Lebih dari sekadar bangunan fisik, ia menjadi simbol persatuan mimpi warga: akses lancar, ekonomi bergerak, dan kehidupan lebih baik. Di setiap batang kayu tersimpan doa dan harapan, menandai bagaimana TNI dan rakyat bekerja bersama untuk melahirkan perubahan nyata.