Ketika Jalan Dibuka, Air Mengalir, dan Harapan Ditemukan Kembali di Desa Tumih

Oleh Dansatgas TMMD Ke-126 Kodim 1005/Barito Kuala, Letkol Inf Andika Suseno, S.I.P

 

BARITO KUALA – Di antara hamparan lahan pertanian yang luas dan pemukiman transmigran yang berdiri dengan kesederhanaan yang mencolok, Desa Tumih selama ini terperangkap dalam sebuah narasi keterbatasan yang terasa tak berkesudahan. Infrastruktur yang ada selalu menjadi tantangan kronis: jalan utama yang nyaris mustahil dilalui, akses terhadap air bersih yang senantiasa menjadi perjuangan harian, dan struktur rumah-rumah yang kian rapuh, gagal memberikan perlindungan optimal dari ganasnya perubahan cuaca. Bagi pengamat luar, kondisi ini mungkin hanya terdeskripsikan sebagai defisit fasilitas fisik belaka. Namun bagi denyut nadi kehidupan warga desa, ini adalah sebuah pertarungan eksistensial yang harus dimenangkan setiap pagi saat mereka terbangun.

Ketika program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) yang ke-126 secara resmi memulai operasinya di Desa Tumih, di bawah kepemimpinan tegas dan terarah dari Dansatgas Letkol Inf Andika Suseno, S.I.P., roda pergerakan menuju kemajuan mulai berputar kencang. Lebih penting dari sekadar beton dan semen, momentum perubahan ini berakar pada sebuah janji dan tekad yang kuat: mengembalikan kembali cahaya harapan yang sempat meredup dan terabaikan oleh waktu.

“Kami menyadari bahwa kami tidak ditugaskan untuk menyulap desa ini menjadi kota dalam semalam. Misi kami adalah membuka pintu dan jalan yang lebih lapang menuju sebuah masa depan yang kini terasa jauh lebih mungkin untuk diraih,” ungkap Letkol Andika dengan nada reflektif, saat mengenang kembali momen-momen awal pelaksanaan TMMD yang penuh tantangan.

 

Proses penghamparan timbunan pilihan sebagai material pengerasan jalan sepanjang 1.850 meter di Desa Tumih, Kecamatan Wanaraya.

Jalan yang Kini Menjadi Urat Nadi Baru dan Akses Vital

Sebelum gelombang pembangunan masif ini dimulai, jalan utama Desa Tumih adalah momok yang terus menghantui setiap aktivitas produktif warga. Ketika musim penghujan tiba, jalur tersebut seketika berubah menjadi kubangan lumpur pekat yang hampir melumpuhkan pergerakan kendaraan, bahkan untuk sekadar melintasi dari satu ujung desa ke ujung lainnya. Sebaliknya, di musim kemarau panjang, debu halus yang terangkat menciptakan selubung kabut tebal yang tidak hanya mengganggu pandangan tetapi juga mengancam kesehatan pernapasan. Kondisi jalan yang rusak parah ini berfungsi layaknya “dinding tak kasat mata” yang secara efektif mengurung dan membatasi mobilitas esensial seluruh penduduk.

“Jalan adalah metafora bagi kehidupan itu sendiri,” tegas Dansatgas dengan penekanan yang mendalam.

Katanya, Jika jalur utama terblokir atau sulit diakses, maka segala bentuk kesempatan, mulai dari akses ekonomi, jalur pendidikan anak-anak, hingga jangkauan layanan kesehatan, semuanya ikut terkunci rapat bersamaan.

Oleh karena itu, fokus pembangunan jalan tidak hanya terbatas pada pembukaan fisik jalur baru. Proyek ini mencakup penguatan struktur dasar, perataan permukaan tanah secara menyeluruh, dan penambahan material pengeras badan jalan guna memastikan jalur tersebut mampu menahan beban kendaraan berat. Dengan stabilitas jalan yang kini jauh lebih terjamin, para petani kini dapat mengangkut hasil panen mereka ke luar desa dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi, yang secara langsung berimplikasi pada penurunan signifikan biaya logistik dan meminimalkan risiko kerusakan komoditas akibat penundaan distribusi.

 

Sasaran utama pengerasan jalan yang telah digarap satgas TMMD Ke-126 Kodim 1005/Barito Kuala.

Kini, setiap warga Desa Tumih menikmati hak atas mobilitas yang layak dan aman. Akses ini tidak hanya menghubungkan mereka dengan pusat kecamatan atau kota terdekat, tetapi juga membuka gerbang menuju pasar yang lebih besar dan sumber-sumber potensi ekonomi baru yang sebelumnya sulit dijangkau.

Perekonomian lokal, yang sempat stagnan, kini menunjukkan tanda-tanda pergerakan positif yang signifikan. Dan hal ini dipandang sebagai lompatan awal yang memiliki dampak fundamental bagi kesejahteraan kolektif.

 

Kapoksahli Pangdam XXII/Tambun Bungai Brigjen TNI Budhi Utomo, S.I.P. saat meninjau hasil pengerjaan sasaran TMAB (Sumur Bor) di Desa Tumih oleh Satgas TMMD Ke-126 Kodim 1005/Barito Kuala.

Lima Titik Sumur Bor: Air Bersih yang Kini Mengalirkan Kehidupan dan Martabat

Sebelum intervensi TMMD, ketergantungan utama warga adalah pada sumber air sungai yang seringkali menunjukkan tingkat keasaman (pH) yang kurang ideal untuk konsumsi jangka panjang. Air tersebut terpaksa digunakan untuk seluruh keperluan rumah tangga, mulai dari mandi, mencuci pakaian, hingga sanitasi dasar, meskipun kualitasnya jauh dari kata layak. Sementara itu, untuk kebutuhan minum yang aman, warga harus mengeluarkan porsi anggaran yang tidak sedikit untuk membeli air bersih yang didatangkan dari luar batas desa. Air—sumber daya paling mendasar bagi eksistensi—telah berubah menjadi komoditas yang diperjuangkan dengan susah payah.

“Air bersih adalah fondasi primer bagi terwujudnya kehidupan yang sehat dan bermartabat,” ujar Dansatgas. “Tanpa akses terhadap air yang layak, kerentanan kesehatan masyarakat akan meningkat drastis. Dan tanpa kesehatan yang terjaga, segala bentuk upaya pembangunan lainnya akan kehilangan makna substansialnya.”

 

Warga Desa Tumih, mulai memanfaatkan sumur bor yang sudah dibangun Satgas TMMD Ke-126 Kodim 1005/Barito Kuala.

Melalui pelaksanaan TMMD, lima titik sumur bor strategis telah berhasil dibangun dan dioperasikan di lokasi-lokasi vital di seluruh area desa. Sumur-sumur ini tidak hanya memompa air; mereka memompa rasa aman yang hilang, meningkatkan standar kesehatan masyarakat, dan menumbuhkan kembali kepercayaan diri warga untuk merencanakan hidup yang lebih baik ke depan.

Kini, setiap tetes air yang diangkat menggunakan ember dari kedalaman bumi bukan lagi melambangkan perjuangan melawan kekeringan, melainkan menjadi simbol syukur atas pemenuhan kebutuhan dasar yang selama ini terabaikan.

Bagi mayoritas penduduk desa, realisasi infrastruktur vital ini terasa seperti lembaran baru dalam buku kehidupan mereka yang telah lama tertutup.

 

Proses pembongkaran atap RTLH milik warga Desa Tumih, oleh Satgas TMMD Ke-126 Kodim 1005/Barito Kuala bersama warga.

Rumah Layak Huni: Saat Sentuhan Kemanusiaan Menjadi Pondasi Struktural Terkuat

Di balik hiruk pikuk pekerjaan konstruksi fisik, tersimpan segudang kisah personal warga yang selama ini lebih sering dipendam dalam diam daripada dibicarakan secara terbuka. Ambil contoh kisah Kai Salamun, seorang kepala keluarga tunggal yang berjuang membesarkan anak dengan kebutuhan khusus. Dinding rumahnya dulu terbuat dari material seadanya yang tipis, lantainya tidak rata, dan atapnya hampir selalu bocor saat hujan deras melanda. Dalam kondisi yang serba terbatas itu, ia berjuang keras seorang diri untuk memastikan anaknya tetap sehat dan terlindungi.

Lalu ada kisah pilu Kai Zani, seorang lansia yang kekuatannya telah menurun drastis. Rumahnya di masa lalu seolah hanya bertahan berdiri karena kebiasaan dan kehendak kuatnya untuk tetap berada di dalamnya.

 

Dansatgas TMMD Ke-126 Kodim 1005/Barito Kuala, Letkol Inf Andika Suseno, S.I.P turut menyumbangkan tenaga pada proses perehaban rumah tidak layak huni (RTLH).

Kini, kondisi hunian tersebut telah bertransformasi secara radikal. Bangunan menjadi lebih kokoh, lingkungan tempat tinggal menjadi jauh lebih aman, dan standar kelayakan huni telah terpenuhi.

“Kami menyadari bahwa mandat kami bukan sekadar mendirikan bangunan fisik,” jelas Dansatgas dengan nada yang menunjukkan empati mendalam. “Yang kami bangun di sini adalah ruang untuk pulang yang sesungguhnya; sebuah tempat yang mampu memberikan ketenangan jiwa saat seseorang kembali setelah seharian beraktivitas.”

 

Kapoksahli Pangdam XXII/Tambun Bungai Brigjen TNI Budhi Utomo, S.I.P. saat memberikan sembako kepada Kai Zaini penerima manfaat bedah rumah di Desa Tumih.

Rumah-rumah yang diperbaiki ini menjadi monumen nyata bahwa semangat TMMD tidak hanya menyentuh permukaan tanah, tetapi juga menyentuh inti emosional dan kemanusiaan warganya.

 

Pelukan Kai Salamun Bukti Nyata yang ia rasakan atas kehadiran TNI di Barito Kuala.

 

Kemanunggalan: Ikatan Batin yang Lebih Dalam dari Sekadar Penunaian Tugas Negara

Pelaksanaan TMMD sejatinya melampaui batas-batas pekerjaan konstruksi semata. Ia adalah sebuah proses intensif dalam membangun keakraban dan rasa memiliki. Di Desa Tumih, para prajurit TNI tidak hanya bekerja di lokasi proyek; mereka makan bersama warga di dapur sederhana, tinggal di tengah komunitas, berbagi tawa dan canda dengan anak-anak desa, serta bekerja bahu-membahu di lapangan dari subuh hingga senja.

Dari interaksi tanpa sekat inilah muncul ikatan saling percaya yang kuat—sebuah pemahaman bahwa TNI hadir bukan hanya sebagai pelaksana tugas operasional, tetapi sebagai bagian dari keluarga besar desa tersebut.

 

Anggota Satgas TMMD Ke-126 Kodim 1005/Barito Kuala Jalin keakraban dengan warga Desa Tumih.

“Bagi kami, konsep kemanunggalan TNI-Rakyat bukanlah sekadar slogan yang tertera di spanduk,” tegas Letkol Andika. “Itu adalah hubungan otentik yang tumbuh subur karena kami hadir di sini dengan hati yang terbuka dan niat tulus.”

Setiap sesi kerja bakti gotong royong, setiap teriakan instruksi yang membangkitkan semangat di lokasi proyek, dan setiap cangkir kopi yang dibagikan bersama di sore hari—semua momen itu meninggalkan jejak emosional yang mendalam, yang tidak akan cepat terhapus dari memori kolektif warga maupun anggota Satgas TMMD yang bertugas.

 

Penyerahan Sembako oleh Aslog Panglima TNI selaku Ketua Tim Wasev TMMD Ke-126 TA 2025 Kodim 1005/Batola, Mayjen TNI Rudy Puruwito, S.E., M.M.

Desa Tumih Kini Tidak Lagi Berdiri dalam Isolasi

Jalan kini telah terbentang lurus, air bersih telah mengalir dengan lancar, dan rumah-rumah kini berdiri dengan struktur yang jauh lebih kokoh dan aman. Namun, capaian yang paling monumental adalah: harapan kolektif kini telah berhasil ditumbuhkan kembali dan bersemi.

Desa Tumih kini secara aktif melangkah maju menuju horizon masa depan yang lebih terjamin kepastiannya. Ini bukan karena TMMD telah menyelesaikan setiap kendala yang ada, tetapi karena program tersebut berhasil menyalakan kembali keyakinan fundamental bahwa perubahan substantif adalah hal yang benar-benar mungkin diwujudkan.

 

Penyerahan Naskah Pekerjaan TNI Manunggal Membangun Desa Ke-126 TA 2025 Kodim 1005/Batola.

TMMD Ke-126 telah meninggalkan warisan yang tidak hanya bersifat visual dan kasat mata, tetapi juga terasa secara mendalam—terukir di tanah yang baru dibangun, di dinding rumah yang kini melindungi, dan di dalam hati setiap warga desa.

“Hakikat pembangunan sejati bukanlah tentang seberapa cepat kita menyelesaikan pekerjaan fisik, melainkan tentang seberapa dalam dampak positif yang mampu diberikannya bagi kualitas kehidupan masyarakat yang kita layani.”

Desa Tumih kini telah bertransformasi dari desa yang pasif menunggu datangnya perbaikan. Ia kini adalah desa yang proaktif dan bersemangat dalam menjemput dan membangun masa depannya sendiri.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *