Matahari memancarkan sinarnya tanpa ampun di langit Desa Batu Kotam, Kecamatan Bulik, Kabupaten Lamandau. Udara panas membuat tanah kering merekah, hingga setiap putaran ban motor trail mengangkat debu tebal ke udara, menutupi pandangan sesaat, lalu jatuh perlahan seperti tirai tipis di hadapan rombongan berseragam loreng.
Di balik deru mesin dan debu yang menyesakkan, tampak barisan prajurit TNI tegap gagah. Rombongan itu berhenti di pinggiran jalan tanah, tepat di depan sebuah ekskavator yang masih bekerja keras. Mesin raksasa itu tak kenal lelah, mencakar bumi, memahat jalan, menembus kerasnya tanah demi membuka jalur baru bagi kehidupan.
Di tengah rombongan, berdiri Kolonel Inf R. Sunarto, S.I.P, Ketua Tim Wasev TMMD ke-125. Di sampingnya, Letkol Arm Ady Kurniawan M. Han, Dandim 1017/Lamandau, berdiri dengan sikap tenang namun penuh wibawa. Sosok yang wajahnya telah akrab di kamera wartawan ini hampir setiap hari terlihat di lokasi, menyusuri jalan, memantau pekerjaan, sekaligus menyapa warga dengan ramah. Bagi masyarakat Batu Kotam, kehadirannya bukan sekadar symbol
komando, melainkan bukti nyata bahwa pemimpin mereka ikut turun langsung merasakan panas terik, debu, dan beratnya pekerjaan di lapangan.
Keduanya kini menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana perjuangan Satgas TMMD menyalakan kembali denyut kehidupan di desa ini sebuah perjuangan yang tak hanya membangun jalan, tapi juga membangun harapan.
Jalan Sejarah, Jalan Harapan
Jalan Sejarah, Jalan Harapan
Dari pengerjaan jalan yang penuh debu dan deru mesin, suasana perlahan bergeser menjadi lebih tenang. Di balik kerja keras yang terlihat kasat mata, tersimpan kisah lama yang kembali terkuak sebuah sejarah yang membuat setiap jengkal tanah di Batu Kotam memiliki makna mendalam.
Suasana hening sejenak. Lalu, suara seorang pria pecah, lirih namun sarat makna. Ia adalah Abdul Hamid, Wakil Bupati Lamandau, yang ikut berjalan di antara rombongan. Tatapannya menembus jauh ke jalan berdebu yang kini perlahan berubah wajah.
“Menurut cerita orang tua kami, jalan ini dulunya merupakan salah satu jalur perjuangan untuk melawan NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Dari sini mereka bergerak, dari sini mereka bertahan. Batu Kotam pernah menjadi saksi perjuangan, dan kini kembali menjadi saksi kebangkitan.”
Kata-kata itu membuat semua terdiam. Jalan yang bagi sebagian orang hanyalah sekadar akses, bagi masyarakat Batu Kotam adalah jalur sejarah, urat nadi ekonomi, sekaligus pintu menuju harapan.
“Kalau lewat jalan provinsi, bisa 2,5 jam,” lanjut Wakil Bupati. “Tapi kalau lewat jalan ini, hanya 1,5 jam. Bayangkan, betapa besar artinya bagi warga kami.”
Mendengar itu, Kolonel Inf R. Sunarto, S.I.P, Ketua Tim Wasev TMMD ke-125, mengangguk mantap. Dengan suara tegas namun penuh kehangatan ia menambahkan, “Mudah-mudahan dengan rehabilitasi ini kita tidak hanya menghargai nilai history, tapi juga mampu meningkatkan ekonomi warga. Karena jalan bukan sekadar infrastruktur, ia adalah jalan menuju masa depan.”
Jalan Baru, Nafas Baru
Sejarah memang memberi arti, tetapi kehidupan harus terus berjalan. Setelah menyimak betapa pentingnya jalur lama bagi perjuangan bangsa, kini fokus beralih pada bagaimana jalan baru ini menghadirkan manfaat nyata bagi warga desa di masa kini.
Pembangunan jalan sepanjang 4.500 meter di Desa Batu Kotam bukanlah pekerjaan biasa. Lebar jalan yang semula sempit kini diperlebar hingga 10 meter, menjadikannya jalur kokoh yang mampu menampung arus kendaraan lebih banyak dan lebih aman bagi warga.
Tak hanya badan jalan yang dikerjakan, di setiap sisinya dibangun drainase yang rapi. Saluran air itu menjadi penjaga setia, memastikan jalan tidak mudah tergenang saat hujan deras mengguyur. Sebab Batu Kotam, yang sering dilanda hujan dan banjir, membutuhkan infrastruktur yang tak sekadar indah di mata, tapi juga kuat dan tahan waktu.
Deru ekskavator, dentuman palu, dan gemeretak batu bercampur menjadi irama pembangunan. Satgas TMMD bekerja tanpa mengenal lelah, bahu-membahu bersama warga yang ikut menyumbangkan tenaga. Ada yang mengangkut batu, ada yang mencampur semen, ada pula yang sekadar membawa air minum untuk para prajurit yang sedang bekerja.
Bagi masyarakat, jalan baru ini bukan sekadar mempersingkat jarak. Ia adalah jalur utama untuk mengangkut hasil kebun, terutama sawit yang menjadi sumber penghidupan mayoritas warga. Dengan jalan yang lebih lebar dan kokoh, truk-truk pengangkut sawit kini bisa melintas lebih mudah tanpa takut terjebak lumpur atau terhalang jalan sempit.
Lebih dari itu, jalan ini adalah jembatan antara kebun dan pasar, antara keringat para petani dan nilai ekonomi yang mereka harapkan. Jalan ini menjadi penghubung nyata antara keterisolasian dan kesejahteraan.
Rumah untuk Harapan
Namun, pembangunan tak berhenti pada jalan saja. Kehidupan masyarakat juga membutuhkan sentuhan yang lebih personal. Di balik dinding-dinding rumah warga, tersimpan cerita perjuangan keluarga yang juga layak mendapatkan harapan baru.
Di Desa Batu Kotam, sebuah rumah reyot berdinding papan lapuk kini telah berubah wajah. Atap yang dulu bocor diganti dengan seng baru yang kokoh. Lantai tanah yang becek saat hujan kini disemen rapi, memberi kenyamanan bagi penghuninya.
Bagi pemilik rumah, seorang warga sederhana yang sehari-hari bekerja di kebun sawit, perubahan itu bukan sekadar soal tempat tinggal. Ia adalah anugerah besar. Senyum haru tak pernah lepas dari wajahnya saat menceritakan betapa selama ini keluarganya bertahan dalam keterbatasan.
“Sekarang anak-anak bisa tidur nyenyak tanpa takut kehujanan,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Sambil menahan tangis bahagia, sang ibu menambahkan dengan suara lirih, “Terima kasih banyak, Pak Dansatgas. Saya tidak bisa membalas apa-apa, hanya bisa mendoakan semoga bapak dan semua prajurit selalu sehat dan dilindungi Allah.”
Mendengar itu, Komandan Satgas TMMD ke-125 Kodim 1017/Lamandau, Letkol Inf Ari Setyawan Wibowo, S.Hub.Int., tampak terdiam sejenak. Dengan mata yang berkaca-kaca, ia menepuk lembut bahu sang ibu dan berkata, “Ibu tidak perlu berterima kasih kepada kami. Kami justru yang berterima kasih karena sudah diterima sebagai bagian dari keluarga besar Batu Kotam. Doa ibu adalah kekuatan terbesar bagi kami.”
Satgas TMMD tidak hanya membangun rumah, mereka juga membangun rasa percaya diri. Bahwa setiap warga desa, sekecil apa pun perannya, layak memiliki tempat tinggal yang aman dan nyaman.
Membangun Iman, Merawat Kebersamaan
Dan setelah kebutuhan papan terpenuhi, ada hal yang lebih mendalam dari sekadar rumah tinggal. Satgas TMMD juga melihat bahwa kekuatan sebuah desa tidak hanya terletak pada bangunannya, tetapi juga pada persatuan warganya yang salah satunya tumbuh di rumah ibadah.
Sebuah rumah ibadah di Desa Batu Kotam, yang sebelumnya mulai rapuh dimakan usia, kini berdiri lebih layak setelah direhab. Dinding yang dulu retak diperbaiki, cat baru memberi warna segar, dan atap yang sempat bocor kini kembali kokoh.
Pekerjaan ini dilakukan dengan penuh semangat, tidak hanya oleh prajurit TNI, tetapi juga warga desa yang bergotong royong, bahu-membahu tanpa memandang perbedaan.
Bagi masyarakat, rumah ibadah bukan hanya tempat berdoa, melainkan pusat kebersamaan. Di sinilah warga berkumpul, berbagi cerita, menyatukan hati, dan menguatkan iman. Perehaban ini seakan menjadi simbol bahwa TMMD tidak hanya membangun fisik, tetapi juga merawat jiwa dan persaudaraan.
“Tempat ini akan selalu ramai, karena di sinilah kami menemukan ketenangan,” ujar seorang tokoh agama setempat dengan penuh syukur.
Sumur Bor, Air untuk Kehidupan
Dari kebutuhan spiritual, perhatian pun kembali turun ke kebutuhan paling dasar: air. Karena tanpa air, segala aktivitas baik pembangunan maupun kehidupan sehari-hari tak akan bisa berjalan. Maka, sumur bor menjadi jawaban yang menghidupkan.
Meski Desa Batu Kotam kerap diguyur hujan deras, air bersih justru menjadi kebutuhan yang sulit dipenuhi. Banyak warga masih bergantung pada air tadah hujan atau sumur dangkal yang kualitasnya belum terjamin. Kondisi ini sering menyulitkan, terlebih saat musim kemarau tiba.
Melihat hal itu, Satgas TMMD ke-125 menghadirkan solusi dengan membangun lima titik sumur bor di beberapa lokasi strategis. Mesin bor menembus lapisan tanah, mencari sumber kehidupan yang tak terlihat, hingga akhirnya memancarkan air jernih yang ditunggu-tunggu warga.
Kebahagiaan terpancar di wajah masyarakat saat ember-ember mereka terisi penuh. Bagi mereka, air bukan sekadar kebutuhan fisik, melainkan penopang seluruh aktivitas sehari-hari mulai dari memasak, mencuci, hingga menjaga kesehatan keluarga.
Dengan adanya sumur bor, desa ini kini memiliki harapan baru. Tak perlu lagi berjalan jauh mencari air bersih, tak perlu lagi khawatir saat musim kemarau datang. Satgas TMMD telah menghadirkan sumber kehidupan yang sesungguhnya.
Ketahanan Pangan, Menyemai Harapan di Tanah Sendiri
Air yang melimpah membawa kehidupan, dan kehidupan selalu terkait dengan pangan. Tak heran jika Satgas TMMD juga mengajak warga Batu Kotam untuk tidak hanya mengandalkan sawit, tetapi juga menanam sumber pangan sendiri sebagai bekal masa depan.
Di sela pembangunan infrastruktur dan fasilitas dasar, Satgas TMMD ke-125 Kodim 1017/Lamandau juga menaruh perhatian pada kemandirian pangan warga. Lahan seluas satu hektare di Desa Batu Kotam kini disulap menjadi ladang produktif, ditanami berbagai jenis tanaman pangan. Di bawah terik matahari, prajurit TNI bersama warga menanam dengan penuh semangat. Tangan-tangan mereka yang terbiasa menggenggam senjata, kini sibuk mencangkul tanah, menanam bibit, dan menyiram dengan harapan besar.
Program ini bukan sekadar soal menanam, melainkan tentang mewariskan kemandirian. Dengan memanfaatkan lahan yang ada, masyarakat diajak untuk tidak hanya bergantung pada hasil kebun sawit, tetapi juga memiliki cadangan pangan yang bisa menopang kebutuhan sehari-hari. “Kalau ada sawit kita jual, kalau ada pangan kita makan,” ujar seorang bapak sambil tersenyum, menunjukkan betapa pentingnya diversifikasi dalam kehidupan desa. Ketahanan pangan ini seakan menjadi simbol bahwa TMMD tidak hanya menghadirkan pembangunan sesaat, melainkan juga menyiapkan masa depan yang lebih berdaya dan berkelanjutan.
Menanam Pohon, Menanam Harapan untuk Generasi
Namun, pangan bukan satu-satunya warisan. Alam pun perlu dijaga agar kehidupan tetap seimbang. Karena itu, setelah sawah dan ladang diolah, langkah berikutnya adalah menanam pohon warisan hijau yang akan tumbuh bersama generasi mendatang.
Sebanyak 500 batang pohon ditanam di berbagai titik Desa Batu Kotam, menandai komitmen untuk menjaga keseimbangan lingkungan.
Di bawah panas matahari, prajurit dan warga bahu-membahu menanam bibit pohon dengan penuh semangat. Ada yang menggali lubang, ada yang menancapkan bibit, dan ada pula yang menyiram dengan ember seadanya. Suasana kebersamaan itu seakan menjadi pesta kecil, di mana setiap orang sadar bahwa pohon yang mereka tanam hari ini akan menjadi warisan bagi anak cucu kelak.
“Kalau jalan adalah warisan untuk hari ini, maka pohon adalah warisan untuk masa depan,” ucap seorang pemuda desa sambil menutup tanah di sekitar bibit yang baru ditanam.
Komandan Satgas TMMD ke-125 Kodim 1017/Lamandau, Letkol Inf Ari Setyawan Wibowo, S.Hub.Int., menegaskan makna dari kegiatan ini. “Kami ingin meninggalkan sesuatu yang lebih dari sekadar bangunan fisik. Pohon-pohon ini adalah simbol kehidupan. Ketika mereka tumbuh, mereka akan memberi udara bersih, menjaga tanah, dan menjadi penyangga bagi generasi yang akan datang. Inilah bentuk nyata bakti TNI untuk masa depan bangsa.”
Dengan penanaman pohon ini, TMMD tidak hanya menghadirkan pembangunan fisik, tetapi juga menanamkan kesadaran bahwa alam adalah sahabat yang harus dijaga. Karena tanpa alam yang lestari, segala pembangunan tidak akan berarti.
Perjuangan Satgas, Peluh yang Menjadi Amal Bakti
Di balik semua hasil pembangunan itu, ada cerita yang tak boleh dilupakan: kerja keras para prajurit. Setiap fasilitas yang kini berdiri kokoh, sesungguhnya lahir dari peluh, kerja sama, dan semangat tanpa lelah.
Jalan baru yang kini mulai terbentang di Desa Batu Kotam bukanlah hadiah yang datang begitu saja. Di balik setiap meter tanah yang terbuka, setiap dinding rumah layak huni yang berdiri, hingga bangunan MCK yang kini bisa digunakan warga, ada cerita panjang tentang kerja keras, peluh, dan pengorbanan. Apa yang tampak rapi di permukaan sejatinya lahir dari perjuangan tanpa henti para prajurit Satgas TMMD Kodim 1017/Lamandau.
Sejak hari pertama dibukanya TMMD ke-125 pada 23 Juni 2025, Satgas Kodim 1017/Lamandau langsung berpacu dengan waktu. Pagi buta mereka sudah turun ke lapangan, menembus debu jalan tanah, menantang teriknya matahari, bahkan tak jarang harus bergelut dengan hujan deras yang mengguyur Desa Batu Kotam.
Tidak ada yang mudah. Tanah liat yang lengket membuat alat berat bekerja ekstra keras, sementara prajurit tak segan turun tangan dengan sekop, cangkul, hingga tangan kosong. Di malam hari, ketika sebagian warga sudah beristirahat, prajurit masih terlihat menuntaskan pekerjaan agar target bisa tercapai tepat waktu.
Bagi Satgas, semua itu bukan sekadar tugas. Mereka sadar, setiap tetes keringat yang jatuh adalah harapan baru bagi warga. Mereka rela meninggalkan keluarga di rumah demi keluarga baru yang mereka temui di Batu Kotam.
“Capek pasti ada, tapi hilang seketika saat melihat senyum warga,” ujar salah seorang prajurit, sambil mengusap wajahnya yang basah oleh keringat dan debu.
Dansatgas TMMD ke-125, Letkol Arm Ady Kurniawan M. Han, menegaskan bahwa pengorbanan prajurit di lapangan adalah wujud nyata pengabdian TNI kepada rakyat. “Kami hadir bukan hanya untuk membangun jalan, rumah, atau sumur. Lebih dari itu, kami ingin membangun kepercayaan, kebersamaan, dan masa depan bersama masyarakat. Apa yang kami lakukan di Batu Kotam ini adalah amal bakti, bukti bahwa TNI selalu bersama rakyat dalam suka dan duka,” ujarnya penuh keyakinan.
Perjuangan ini adalah bukti nyata bahwa TMMD bukan hanya proyek pembangunan, melainkan pengabdian tanpa batas. Jalan yang terbuka, sumur yang memancur, rumah yang diperbaiki, hingga pohon yang ditanam semuanya lahir dari peluh dan ketulusan Satgas TMMD Kodim 1017/Lamandau.
Membangun Manusia, Merawat Masa Depan
Namun, TMMD bukan hanya tentang membangun fisik. Lebih penting dari itu adalah membangun manusia yang akan merawat, menjaga, dan menghidupi semua fasilitas ini. Karena pembangunan sejati adalah yang tumbuh dalam jiwa warganya.
Melalui berbagai penyuluhan non-fisik, prajurit TNI menjadi pendidik sekaligus sahabat warga. Penyuluhan tentang wawasan kebangsaan menyalakan kembali semangat cinta tanah air. Penyuluhan hukum dan bahaya narkoba membuka mata generasi muda tentang pentingnya menjauhi jerat yang bisa menghancurkan masa depan.
Tak berhenti di situ, ada pula penyuluhan pertanian, peternakan, dan perikanan yang memberi pengetahuan praktis agar warga bisa lebih produktif. Penyuluhan karhutla dan perhutanan mengingatkan betapa pentingnya menjaga hutan dari ancaman kebakaran.
Sementara itu, isu kesehatan pun mendapat perhatian serius. Dari penyuluhan stunting hingga Posyandu, Posbindu, dan PTM (Penyakit Tidak Menular), semua diarahkan agar masyarakat Batu Kotam hidup lebih sehat dan sadar akan pentingnya gizi serta pola hidup bersih.
Di setiap sesi, wajah-wajah antusias warga menjadi bukti bahwa ilmu pengetahuan adalah pembangunan yang paling abadi. Karena dengan masyarakat yang cerdas, mandiri, dan berdaya, segala pembangunan fisik akan menemukan arti yang sesungguhnya.
Jalan Baru, Harapan Baru
Akhirnya, semua cerita ini bermuara pada satu makna. Jalan yang kini membentang lebar di Batu Kotam bukan sekadar infrastruktur, melainkan simbol dari perjalanan panjang dari sejarah perjuangan hingga harapan masa depan.
Debu perlahan mereda, mesin ekskavator berhenti sejenak, dan di sepanjang jalur Desa Batu Kotam kini tergambar jejak perjuangan. Bukan hanya jejak ban alat berat atau cangkul yang menembus tanah, tetapi juga jejak pengabdian yang tak akan lekang oleh waktu.
TMMD ke-125 Kodim 1017/Lamandau bukan sekadar pembangunan fisik. Ia adalah kisah tentang keringat prajurit yang menyatu dengan tanah desa, tentang gotong royong yang kembali hidup di tengah masyarakat, dan tentang harapan yang tumbuh dari setiap jengkal bumi yang disentuh.
Jalan sepanjang 4.500 meter yang terbuka lebar, sumur bor yang memancurkan air bersih, rumah ibadah yang kembali kokoh, hingga ladang pangan dan pohon-pohon muda yang berjejer rapi—semua adalah simbol kebangkitan Batu Kotam.
Dan di balik semua itu, ada pesan sederhana yang ditinggalkan Satgas TMMD pembangunan bukan hanya tentang hari ini, tetapi tentang masa depan. Tentang anak-anak yang kelak bisa bersekolah lebih mudah, tentang petani yang bisa mengangkut hasil kebunnya dengan cepat, dan tentang generasi yang tumbuh dalam lingkungan yang lebih sehat serta berdaya.
Di bawah langit Kalimantan Tengah yang luas, TMMD ke-125 menorehkan catatan di Batu Kotam, jalan baru bukan hanya menghubungkan desa, melainkan juga menghubungkan mimpi dengan kenyataan.