Menuju Asa di Pulau Nunukan: Jejak Bakti TMMD Ke-124 Bagi Masyarakat Mansapa

Oleh: M. Prawira Adhi

NUNUKAN, PULAU PERBATASAN DENGAN ASA BARU Berada di garda terdepan NKRI, Pulau Nunukan acap kali menjadi simbol perjuangan dan harapan. Namun, di balik narasi megah perbatasan, tersimpan realitas pembangunan yang tak selalu merata. Adalah Kelurahan Mansapa, di Kecamatan Nunukan Selatan, sebuah potret dari wilayah yang masih merindukan sentuhan pembangunan infrastruktur yang layak.

Di sinilah, di tengah keheningan hutan dan riuhnya cerita warga, TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-124 Kodim 0911/Nunukan tiba, membawa bukan hanya cangkul dan semen, melainkan janji realisasi dan asa yang membara.

Proses peletakan gorong-gorong yang berada di sasaran utama pembuatan badan jalan sepenjang 2.600 meter, lebar 6 meter.

Denyut Nadi Kehidupan: Jalan, Gorong-Gorong, dan Lebih dari Itu

Sasaran utama TMMD kali ini sangat relevan dengan kebutuhan dasar warga Mansapa: perbaikan jalan dan gorong-gorong. Ini bukan sekadar proyek fisik; ini adalah upaya menghidupkan “denyut nadi” yang selama ini terhenti. Jalan yang mulus berarti akses yang lebih mudah ke sekolah, pasar, atau fasilitas kesehatan. Gorong-gorong yang baik berarti terhindarnya genangan air dan potensi penyakit.

Namun, TMMD tidak berhenti di situ. Dengan mata tajam melihat kebutuhan holistik masyarakat, program ini juga menyentuh aspek-aspek vital lainnya. Pembangunan MCK, penyediaan air bersih, rehabilitasi masjid, hingga perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) adalah bukti komitmen untuk menciptakan lingkungan hidup yang lebih layak dan manusiawi.

Tak lupa, sentuhan program non-fisik yang edukatif dan pemberdayaan, melengkapi kegiatan ini menjadi sebuah paket pembangunan komprehensif yang patut diacungi jempol.

 

Tahan Uji Cuaca, Optimalisasi Karya dan Antusiasme Warga

Meskipun menghadapi satu-satunya kendala “klasik” dalam pembangunan di daerah tropis, yaitu kondisi cuaca yang tak menentu, pelaksanaan TMMD 124 ini patut diapresiasi. Dari tahap Pra TMMD hingga penutupan, semua berjalan optimal. Ini menunjukkan perencanaan yang matang, manajemen logistik yang efisien, dan yang terpenting, dedikasi tinggi dari seluruh personel Kodim 0911/Nunukan.

Namun, yang paling mengharukan dari sudut pandang seorang jurnalis adalah antusiasme warga. Mereka bukan sekadar penonton, tetapi aktor utama. Kehadiran mereka yang bergotong royong, bahu-membahu dengan TNI, adalah manifestasi dari semangat “manunggal” yang sejati. Di tengah-tengah keterbatasan, semangat kebersamaan ini menjadi bahan bakar yang tak habis-habis. Warga merasa dilibatkan, merasa memiliki proyek ini, dan itulah kunci keberlanjutan.

Pemasangan pipa air bersih yang akan didistribusikan ke rumah warga di Mansapa, Nunukan Selatan.

Air Sebagai Hak Dasar: Catatan Dansatgas dan Visi Kasad

Satu poin penting yang dicatat oleh Dansatgas adalah masih banyaknya warga yang menggantungkan hidup pada air tadah hujan. Di era yang serba modern ini, hal tersebut memang memprihatinkan. Penggunaan air tadah hujan bukan hanya soal kenyamanan, tetapi juga menyangkut kesehatan dan sanitasi.

Pernyataan Dansatgas ini juga terhubung dengan visi Bapak KASAD melalui program TMAB (TNI AD Manunggal Air Bersih), yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan warga perbatasan dalam mengakses air bersih. Ini bukan sekadar program populis, melainkan wujud nyata kepedulian TNI terhadap kesejahteraan dasar masyarakat.

Harapan bersama, air bersih di Mansapa ini menjadi percontohan dan dapat terus dikembangkan di wilayah lain.

 

Impak Nyata: Jejak Perbaikan dan Mimpi yang Terwujud

Apa yang telah dibangun bersama ini adalah modal berharga. Dansatgas benar dalam harapannya agar warga sama-sama merawat dan menjaga hasil pembangunan. Filosofi “Dari kita untuk kita” menjadi pengingat kolektif akan pentingnya rasa tanggung jawab.

Dampak paling konkret dapat dilihat dari senyum anak-anak SDN 005 Nunukan Selatan. Dulu, perjalanan 30 menit menuju sekolah adalah rintangan harian yang melelahkan. Kini, hanya butuh 10 menit. Waktu yang terpangkas ini bukan hanya efisiensi, tetapi juga simbol kemudahan akses pendidikan, yang secara langsung akan berdampak pada kualitas belajar dan semangat mereka. Ini adalah investasi masa depan yang paling berharga.

Proses pembongkaran rumah milik Jailani, Warga Mansapa-Nunukan Selatan, yang akan direbah Satgas TMMD Ke-124 Kodim 0911/Nunukan.

Jalani, Asa dari Balik Seng yang Menjadi Istana

Namun, di antara semua narasi pembangunan fisik, kisah Jailani-lah yang paling menyentuh hati. Seorang eks TKI Malaysia dari NTT, dengan pekerjaan sebagai pembentang jaring rumput, dan yang lebih menyayat hati, rumah seadanya berbalut seng.

Pengakuan Jailani, atau akrab disapa Pak Jai, tentang pengalaman “hanya difoto-foto saja tapi tidak ada realisasinya” adalah ungkapan yang mendalam dari masyarakat di pelosok.

Namun, TMMD ke-124 hadir sebagai antitesis dari pengalaman pahit itu. Rumah seadanya Pak Jai kini telah bertransformasi menjadi “istana impian”—sebuah metafora yang kuat untuk menggambarkan bagaimana sebuah rumah layak huni bisa berarti segalanya bagi seseorang yang selama ini hidup dalam keterbatasan.

Puluhan tangan TNI dari Kodim Nunukan tidak hanya merenovasi dinding dan atap, tetapi juga membangun kembali harapan dan martabat.

“Terima kasih,” ucap Pak Jai, terharu, sambil memandangi langit cerah.

Kata-kata sederhana itu, yang diulang-ulang dengan penuh emosi, adalah testimoni paling otentik dan paling kuat dari keberhasilan TMMD sinergi percepatan pembangunan lintas sektoral.

Ini bukan hanya sebuah pembangunan, melainkan sebuah uluran tangan kemanusiaan yang mengubah hidup, mewujudkan mimpi, dan mengembalikan kepercayaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *