Oleh : Letkol Inf Albert Frantesca, M.Han / Dansatgas TMMD Ke-124 Kodim 0911/Nunukan
NUNUKAN – Di ujung utara Borneo, tempat tapal batas Indonesia berjabat tangan dengan negeri tetangga, sebuah denyut kehidupan baru tengah menggema. Bukan dentuman meriam, melainkan palu dan pacul, bahu-membahu antara prajurit TNI dan rakyat. Inilah potret nyata dari bakti TMMD (TNI Manunggal Membangun Desa) Ke-124 Kodim 0911/Nunukan, sebuah agenda strategis yang tahun ini menancapkan pilar-pilarnya di jantung Pulau Nunukan, tepatnya di Kelurahan Mansapa, Kecamatan Nunukan Selatan.
Di bawah komando Dansatgas TMMD Ke-124, Letkol Inf Albert Frantesca, M.Han., program ini sukses membawa angin segar pembangunan. Setelah sebelumnya menyentuh denyut nadi pembangunan di Sembakung, Lumbis, dan Sebuku, kini giliran Pulau Nunukan merasakan sentuhan tangan-tangan perkasa yang merajut mimpi menjadi kenyataan. Pemilihan lokasi ini bukan tanpa alasan, melainkan sebuah manifestasi komitmen pemerataan pembangunan yang selama ini menjadi dambaan.
Jalan dan Gorong-Gorong: Membelah Isolasi, Membuka Akses Kehidupan
Di balik citra Nunukan sebagai gerbang perbatasan, tersimpan realitas yang memilukan di sudut-sudut pedalaman pulaunya. Kelurahan Mansapa adalah salah satu saksi bisu dari potret pembangunan yang tertatih. Bayangkan, warga harus berjuang keras melintasi medan yang tidak bersahabat, merayap di atas jalan setapak yang seolah enggan berubah, hanya untuk menjangkau pasar atau memenuhi kebutuhan harian. Mereka, para petani dengan hasil kebun yang melimpah, atau ibu-ibu yang ingin berbelanja kebutuhan pokok, harus mengerahkan tenaga ekstra, mempertaruhkan keselamatan, hanya karena satu hal: absennya infrastruktur jalan yang memadai.
Inilah yang menjadi alasan fundamental mengapa TMMD ke-124 menunjuk Mansapa sebagai sasaran utama. Fokus utamanya jelas, yakni pembangunan jalan dan gorong-gorong. Bukan sekadar konstruksi fisik, namun sebuah upaya besar untuk merobohkan tembok-tembok isolasi, memastikan bahwa setiap hasil panen dapat diangkut, setiap kebutuhan dapat dipenuhi, dan setiap langkah warga dapat ditempuh dengan senyaman dan seaman mungkin. Jalan dan gorong-gorong ini, dalam narasi TMMD, adalah “denyut nadi” yang akan memompa vitalitas ke seluruh sendi kehidupan masyarakat Nunukan Selatan.
Lebih dari Sekadar Fisik: Merajut Kesejahteraan dari Hulu ke Hilir
Namun, bakti TMMD tidak berhenti pada kokohnya jalan dan lancarnya saluran air. Melampaui itu, program ini memeluk erat kebutuhan esensial masyarakat lainnya, menawarkan solusi holistik guna meningkatkan kualitas hidup. Tersedianya MCK (Mandi, Cuci, Kakus) yang layak adalah wujud nyata perhatian terhadap sanitasi dan kesehatan. Rehabilitasi masjid yang selama ini menjadi pusat syiar dan silaturahmi, menegaskan kembali fungsi sosial dan spiritual TMMD. Tak ketinggalan, perbaikan RTLH (Rumah Tidak Layak Huni) menjadi penegas bahwa setiap keluarga berhak atas hunian yang aman dan nyaman. Namun, salah satu sorotan yang paling mendalam adalah isu air bersih.
Di tengah gempuran modernitas yang terasa di setiap sudut dunia, masih banyak warga Nunukan yang menggantungkan hidupnya pada air tadah hujan. Sebuah kondisi yang ironis dan memprihatinkan di era serba canggih ini.
Letkol Inf Albert Frantesca, M.Han., dengan kepedulian yang mendalam, menekankan hal ini sebagai prioritas, sejalan dengan program KASAD, yakni TMAB (TNI Manunggal Air Bersih), sebuah solusi krusial bagi warga perbatasan yang seringkali kesulitan mengakses air bersih. Selain itu, aspek non-fisik juga disisipkan sebagai penyempurna, menghadirkan edukasi dan pemberdayaan masyarakat, memastikan bahwa pembangunan bukan hanya tentang fisik, tetapi juga tentang peningkatan kapasitas diri.
Ujian Langit dan Semangat Manunggal: Kisah Harmonis Prajurit dan Rakyat
Perjalanan TMMD 124 ini memang tidak selalu mulus, langit Nunukan sesekali menguji dengan curahan hujan yang tak terhingga. Kondisi cuaca menjadi satu-satunya kendala yang tercatat. Namun, di luar itu, mesin pembangunan berjalan optimal, dari tahapan Pra TMMD yang intens hingga puncaknya saat penutupan. Kendala cuaca justru menjadi perekat, meleburkan batasan antara prajurit dan rakyat.
Semangat manunggal bukan hanya slogan, melainkan sebuah gerakan kolektif yang nyata. Masyarakat Kelurahan Mansapa menunjukkan antusiasme luar biasa, bahu-membahu dengan para tentara, menggali, mengangkut, dan membangun. Mereka bukan hanya penerima manfaat, melainkan subjek utama pembangunan itu sendiri, hadir dengan keringat dan senyuman, memastikan setiap jengkal kemajuan adalah hasil dari kebersamaan. Peran aktif inilah yang menjadi ruh sesungguhnya dari keberhasilan TMMD.
Masa Depan Lebih Cerah: Senyum Anak-anak dan Harapan Dansatgas
Dampak nyata dari TMMD ini terasa hingga ke nadi pendidikan. Anak-anak SDN 005 Nunukan Selatan kini bisa tersenyum lebih lebar. Sebelumnya, perjalanan menuju sekolah adalah sebuah petualangan yang memakan waktu 30 menit, memaksa mereka memutar jalan dan melewati medan yang sulit. Kini, dengan jalan yang mulus dan akses yang mudah, waktu tempuh mereka terpangkas drastis, hanya membutuhkan 10 menit saja.
Sebuah transformasi kecil yang berdampak besar pada semangat belajar dan masa depan generasi muda. Melihat semua capaian ini, Dansatgas Letkol Inf Albert Frantesca, M.Han. menitipkan pesan yang sarat makna. Dengan semangat “dari kita untuk kita,” ia berharap masyarakat dapat merawat dan menjaga setiap infrastruktur yang telah terbangun. Ini bukan hanya proyek TNI, melainkan amanah bersama untuk masa depan. Pemeliharaan dan pemanfaatan yang maksimal akan memastikan bahwa denyut nadi pembangunan ini terus berdetak, membawa kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh warga Pulau Nunukan, menjadikan daerah perbatasan ini bukan lagi ujung terluar, melainkan gerbang harapan yang teguh dan maju.
TMMD 124 Kodim 0911/Nunukan adalah bukti nyata bahwa kolaborasi antara prajurit dan rakyat adalah kunci utama untuk merajut kemajuan di setiap jengkal negeri.